Halaman

Rabu, 17 Februari 2010

proses mengenai perasaan kita ketika ditinggal pergi oleh orang yang kita cintai.

Pertama-tama, kita pasti tak percaya bahwa hal itu terjadi. Kita melakukan penyangkalan dan harus melangkah ke anak tangga yang pertama _____penerimaan.

Selanjutnya, kita harus mengakui bahwa peristiwa tersebut “tidak hanya terjadi, tetapi juga telah menimbukan efek mendalam yang harus kita perhatikan serta integrasikan ke dalam hidup kita. Inilah anak tangga yang ke dua_____Mengakui.

Langkah besar yang mulai berat muncul____Mengampuni. Kita harus melepaskan kemarahan dan frustasi kita tentang semua peristiwa. Kita harus mengampuni orang yang telah meninggalkan kita dan harus mengampuni diri semdirikarena telah memiliki perasaan yang buruk. Langkah ini sungguh sukar, sehingga banyak diantara kita yang maxet sampai di sini. Yang kerap kali kita lakukan justru menyalahkan.

Setelah melewati langkah ini, kita naik kw anak tangga berikutnya_____Melepaskan. Langkah ini relative mudah, tapi toh masih tetap menyangkut banyak sekali kesedihan yang mungkin masih melekat pada sejumlah orang dalam waktu berkepanjangan.

Langkah yang terakhir adalah _____Melangkah maju, anak tangga ini memungkinkan kita untuk mengintegrasikan pengalaman emosional yang telah sepenuhnya sepenuhnya teratasi itu menjadi bagian dari hidup kita

Jatuh cinta pada SAHABAT?

Yang namanya sahabat, pasti sudah banyak mengalami pengalaman hidup yang dilewati bersama. Bisa saja itu sejak SD, SMP, atau bahkan sejak kita belum mengenal apa-apa (sahabat sejak kecil).

Namun kini, setelah sma-sama dewasa, mungkin perasaan “cinta” antar sahabat itu mungkin akan berubah menjadi suatu perasaan lain. Kita sering merindukannya, dan ingin merasakan kedekatannya. Namun mungkin para sahabat itu takut mengungkapkannya, bahkan berusaha menekan dan mengingkari perasaan cintanya yang semakin kuat. Bahkan perasaan yang dirasakan justru semakin campur aduk, kita takut menodai persahabatan, takut harga diri kita jatuh, takut kehilangan keakraban yang selama ini kita rasakan. Namun ingat, kita pasti juga tersiksa bahkan juga cemburu jika melihat sahabat kita itu dekat dengan perempuan lain. Benar-benar bodoh dan gila sekali.

Jatuh cinta pada sahabat, sebenarnya suatu keberuntungan, karena mengalami jatuh cinta ketika telah cukup mengenal orang yang kita cintai.

Seharusnya kita mengatakannya sebagai orang dewasa, kalaupun terjadi penolakan, persahabatan tidak akan rusak karenanya. Mungkin ada perasaan sakit, namun pasti akan segera pulih karena sebenarnya persahabatan adalah lebih kokoh dari pada perasaan cinta. Persahabatan yang telah lama terjalin biasanya telah teruji melalui jatuh-bangun.

Kalau kita mengalami hal seperti ini, pikirkan apa jadinya jika sahabat kita pun memiliki perasaan yang sama?

Dengan berani mengungkapkan cinta setidaknya akan terbebas dari perasaan “tersiksa” dan tidak akan sia-sia karena jika ditolak pun, berarti kita akan segera punya kesempatan dengan orang lain.

katakan saja "I Love You"

Pernah nggak mengalami betapa sulitnya mengatakan kalimat sederhana “I Love You” ini kepada seseorang, apa lagi untuk pertama kalinya. Tak peduli seberapa hebat dan kuatnya anda, saat harus berhadapan dengan kata-kata yang satu ini sepertinya ada kekuatan yang melumpuhkan seluruh daya yang anda miliki. Percaya Tidak?

Itu berarti kita sedang berada dalam ketegangan antara perasaan jatuh cinta dan ketakutan untuk mengutarakannya. Ada apa ini sebenarnya?

Kita sedang jatuh cinta, dan tak ingin perasaan itu hilang, sekaligus kehilangan orangnya.

Kalo aku mengatakan “I Love You” aku takut DITOLAK, dan kehilangan perasaan-perasaan indah itu. Kalau sudah begini biasanya orang akan mengucapkan kalimat “biarlah aku mencintainya secara diam-diam” padahal sebenarnya “Aku takut ditolak dan kehilangan”.

Sebenarnya orang yang seperti ini hanya mencintai dirinya sendiri!

Kalau memang benar2 cinta, ungkapkan saja perasaan itu secara bertahap. Dimulai dengan member perhatian yang lebih (melalui bahasa non_verbal). Sampai akhirnya ada kesempatan mengatakan “I Love You” kepadanya secara langsung.

Hanya ada 2 kemungkinan DITERIMA atau DITOLAK.

Kalau diterima, tidak perlu dibahas lagi, kareana memang itu tujuannya.

Lalu bagaimana jika DITOLAAAAKKK….???

1. Dengan berani mengatakan dan mengungkapkan isi hati berarti sudah berhasil mengalahkan rasa takut dan cenderung menghindari risiko.

2. Pengalaman ditolak akan menimbulkan perasaan negative (kecewa, malu, sedih). Tapi perasaan-perasaan itu normal dan wajar. Ternyata kita juga harus mengenal, mengalami, dan mengatasi perasaan2 negativ seperti itu. Jika kita sudah berhasil mengatasinya, berarti kita selangkah maju menuju kedewasaan,

3. Inilah saat kita belajar, bahwa harga diri kita tidak ditentukan oleh orang lain. “orang lain berhak menolak saya”. Namun “dunia saya tidak runtuh hanya karena sebuah penolakan”.

4. Masih banyak kesempatan dan saya tak perlu takut untuk mengungkapkan cinta lagi.

Jika ada buku atau puisi atau lagu yang ber syair “salahkah aku bila mencintaimu?”

Jawabannya adalah NOT AT ALL!

Perasaan jatuh cinta tidak bisa dinilai “salah” atau “benar”.

adakah Love @ the First sigh...??

Cinta pada pandanga pertama sering sekali kita jumpai kisahnya dalam film-film, sinetron, ataupun juga novel. Yang bertutur tentang cinta pada pandangan pertama dengan berjuta rasa dan bertabur mimpi.

Tak dapat disangkal, ketika untuk pertama kalinya kita disergap perasaan aneh terhadap seseorang, perasaan itu seperti daya magnet yang terus menyedot perhatian kita. Sepertinya saraf-saraf kita baru saja berfungsi, seperti ada sesuatu yang mengusasai otak dan pikiran kita. Kita tak bisa mengelak seperti ada sesuatu yang terus membayangi, misalnya wajahnya, senyumnya, ataupun perilakunya yang khas yang terus terpatri dalam benak. Panah asmara benar-benar menghujam dan racunnya menguasai seluruh saraf, bahkan tubuh pun menjadi panas dingin karenanya lalu kita meradang dan merintih “Datanglah pada ku hai SANG PENAWAR RACUN”.

Mengapa kita bisa terpikat dengan seseorang melebihi yang lainnya? Khususnya bagi yang mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya. Sepertinya terjadi begitu saja seperti dua kabel yang korsleting, langsung menimbulkan percikan api dan membakar semuanya.

Saya mengalami cinta pertama, hmmm kapan ya….terhadap siapa ya….

Apa yang harus kita perbuat saat kita mengalami demam cinta yang begitu dahsyatnya? Tidak ada.

Hampir semua orang mengalaminya, tak ada yang bisa menghalagi. Nasihat dan petuah apapun tidak aka nada gunanya bagi orang yang sedang jatuh cinta. Dia menjadi orang paling bodoh sekaligus merasa dirinya paling benar.

Nasihat yang bisa diberikan bagi mereka yang sedang jatuh cinta adalah JANGAN MEMUTUSKAN APA-APA DAN JANGAN MELAKUKAN APA-APA. Mengapa? Karena otak mereka sedang beku dan berarti sedang diserang “virus kebodohan”. Dan yang bisa dilakukan adalah HANYA MENGALAMI PERASAAN INDAH ITU SAJA, JANGAN LEBIH! Apa lagi? Cukup menceritakan perasaan indah kita tersebut dengan orang-orang terdekat kita. Intinya lebih baik kita menuangkan saja apa yang tengah kita rasakan melalui apa pun, bloging (seperti saya) ataupun pula menuangkannya dalam sebuah buku harian, melalui puisi dan lagu yang menggambarkan semua perasaan indah kita.

Yang perlu diingat adalah racun cinta sekuat apa pun lama-lama akan memudar. Bintang-bintang sudah kembali ke langit, akal sehat pun sudah mulai pulih kembali. Cinta pun akan memulai perjalanan yang sesungguhnya. Biasanya ini ditandai dengan mulai terbukanya mata kita terhadap kekurangan-kekurangan pacar kita, lalu disusul dengan kekecewaan-kekecewaan , lalu berakhir dengan sakit hati dan penyesalan.

Jatuh cinta adalah normal dan dialami oleh siapa saja, justru disaat itulah orang diperkenalkan dengan perasaan-perasaan baru yang dimilikinya. Inilah kesempatan baginya untuk mengenal siapa dirinya.

Orang yang sedang jatuh cinta ingin agar semua orang tau betapa indahnya cinta itu. Ia ingin bercerita dan ingin didengarkan (biasanya tidak mau mendengarkan dan tidak perduli dengan orang lain), maka DENGARKANLAH dan AKUILAH perasaan-perasaannya. Ia hanya mau dekat dengan orang yang “tidak menyalahkannya” atau “menertawakannya”.